Steak  atau yang populer disebut bistik oleh orang Indonesia kini tak lagi  menjadi makanan langka. Para penggemar daging yang dipanggang ini bisa  mendapatinya di mana saja, dengan harga yang bervariasi pula. Mau mahal  ada, yang relatif murah pun ada.
Dulu, steak hanya bisa  ditemui di tempat-tempat mahal, seperti hotel-hotel berbintang atau  restoran-restoran berpenampilan mewah. Tapi kini, seiring krisis ekonomi  yang pernah melanda Indonesia yang hingga kini belum pulih, steak tidak  lagi menjadi sajian yang mahal. Banyak kedai-kedai kecil dan bahkan  tenda-tenda kaki lima yang menyajikan menu daging ini. Kalau sudah  begini, kualitas dan harga pun menjadi beragam.
Salah satu tempat  yang menawarkan hidangan steak dengan harga yang relatif terjangkau  adalah Jalan Biak nomor 23, Jakarta Pusat. Steak Factory, demikian  namanya, berkonsep low profile dalam penampilan. Tapi, pemiliknya berani  rasa yang ditawarkan pasti berbeda dari tempat lain, termasuk  memasukkan cita rasa Indonesia.
Kenneth Chen, sang pemilik,  mengemas restoran bistik ini dengan desain yang nyaman dan menarik. Ruko  dua lantai berkapasitas 100 orang ini, menurut Yoke—Direktur  Operasional—didesain sedemikian rupa sehingga orang pun bisa merasa  rileks dan disambut pemilik. ”Penggemar steak, baik itu datang bersama  keluarga maupun rekan kerja bisa merasa nyaman apalagi dengan pelayanan  yang ramah,” ujar Yoke tentang resto yang dikelolanya dengan jam buka  11.00 hingga 22.00 WIB tersebut.
Menurut Yoke, warung  tenda di sepanjang Jalan Biak Jakarta Pusat itu sudah banyak. Bahkan  Chen menegaskan kalau resto-resto di sana sudah buka puluhan tahun  silam. Karenanya, bisnis yang dikelola di atas bangunan milik pribadi  itu dikemas agak berbeda. Di samping jualannya beda, tempatnya pun punya  keunikan tersendiri. Cat dinding warna merah terang agak oranye tua  mendominasi seluruh ruangan. Sementara untuk lebih menarik lagi,  dindingnya diberi tambahan sejenis bahan asbes yang ditempel melengkung.  Bahannya sederhana tapi hasilnya cukup artistik. Warna ruangan yang  menyala pun seolah merepresentasikan panasnya steak dari panggangan.  Boleh jadi suasana seperti ini menambah selera makan bagi pengunjung.
Perkara  lokasi memang sudah dipikirkannya. Tempat yang kini dipilihnya termasuk  kawasan sibuk. Satu lagi, di sana tidak ada usaha sejenis yang bisa  menjadi pesaingnya.
”Selalu mencoba sesuatu yang baru untuk  hidangan dan menawarkan paket-paket promosi,” jelas Chen tentang  segelintir kiat-kiat yang dijalankannya.
Sumber :  SH/sally piri - sinarharapan.co.id
Lihat juga:
Dim  Sum
Wine
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar